PENAJAM – Lahan persawahan di Jalan Payo Lontop, RT 06, Desa Sesulu, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), rentan terhadap banjir dampak dari luapan sungai Sesulu, berimbas setiap musim hujan dapat dipastikan lokasi tersebut tergenang air.
Begitu pula lahan sawah milik Sulhan warga RT 22 Kelurahan Waru yang berada di RT 06 Desa Sesulu, padinya usai ditanam terendam banjir selama empat hari, saat panen hasilnya melimpah. Sabtu (25/2/2023).
Sulhan, pemilik sawah menjelaskan, “dari tahun ketahun area persawahan disini ya begitu, seperti padi yang dipanen ini, baru selesai ditanam terendam banjir empat hari, kami sempat panik bahkan boleh dikata putus harapan, berkat dukungan semangat dari anak istri, tetap saya rawat dan hasilnya alhamdulillah melimpah, bahkan diluar dari ploting yang dilakukan dinas pertanian tanaman pangan,” ucap Sulhan.
“Dari ploting atau pengubinan kemarin, estimasinya perhektar akan mendapatkan gabah 6,8 ton, ternyata setelah dipanen hasil rilnya perhektar mendapat 7,3 ton,” ungkapnya.
Sulhan mengatakan, “hasil panen memang alhamdulillah melimpah, tapi biaya perawatan dan modal sarana produksi (Saprodi) pupuk, obat obatan sampai upah pemanen juga naik, contohnya sekarang panen menggunakan alat combine harvester (Komben) per 7 karung keluar satu, artinya enam yang punya sawah, upahnya untuk pemilik alat atau karung,” tuturya.
“Semoga ada kebijakan dari pihak terkait yakni dinas pertanian tanaman pangan supaya harga saprodi dapat dikondisikan sehingga biaya perawatan tidak membengkak,” harap Sulhan.
Ditempat yang sama, pemilik alat panen, (Komben), Solikhin mengatakan upah jadi 7 – 1 (tujuh satu) karena BBM solar naik.
“Sebenarnya kami buruh panen juga dilema, pasalnya paham, modal atau biaya perawatan pertanian sekarang harganya naik semua, tapi harga BBM jenis solar juga naik, karena alat pemanen (Komben) ini belum dapat kuota BBM bersubsidi,” jelas Solikhin.