Penajam – Kepala Bidang Kebudayaan dan Produk Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudapar) Kabupaten Penajam Paser Utara(PPU) Christian Nur Selamat mengatakan, kebudayaan adat Suku Balik nyaris hilang seiring banyaknya pendatang di wilayah Sepaku. Sejak tahun 90-an, kehidupan berbudaya yang sebelumnya sangat kental, tergerus faktor sosial yang membuat warganya malu menunjukan identitas Suku Balik.
“Mereka pernah merasa terkucilkan di wilayah mereka sendiri. Itu faktor kehidupan sosial, karena banyak pendatang di Sepaku. Sebagai warga lokal, jumlah mereka tidak banyak. Mereka minder karena dinilai kolot, lalu mulai meninggalkan tradisi adat,” jelasnya, Selasa (19/12/2023).
Christian mengungkapkan, hilangnya tradisi dan kebudayaan adat Suku Balik dipengaruhi banyak faktor, namun utamanya akibat hutan yang terdegradasi. Tahun 1970-an, PT. Internasional Timber Corporation Indonesia (ITCI) Kartika Utama hadir, yaitu perusahaan logging. Tidak berselang lama, program transmigrasi mendatangkan ratusan orang ke Sepaku.
Setelah itu, sebagian wilayah Sepaku juga menjadi hak guna usaha (HGU). Warga Suku Balik terpaksa menjalani hari-hari dengan mengubah kebiasaan mereka. Terlebih hutan mulai gundul, sehingga tidak lagi menyediakan kebutuhan ritual adat mereka.
“Adat itu sangat beririsan dengan ritual. Suku Balik tak bisa lagi membuat ritual kebudayaan karena bahan-bahan untuk ritual sudah tidak ada di hutan. Mereka butuh hutan, bukan hanya untuk ritual tapi juga menunjang kehidupan mereka,” ujarnya.
Dijelaskan Christian, semua warga Suku Balik masih mengingat jelas tradisi dan sejarah para leluhurnya. Mereka berniat menghidupkan kembali semua kebudayaan itu untuk pengakuan identitas di wilayah IKN.
Berdasarkan data yang dihimpun, Suku Balik terbagi empat komunitas, yakni Sepaku, Mentawir, Maridan, dan Pamaluan.
(rmt/plt)