PPU – Anggota DPRD Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Ishaq Rahman, menyoroti tingginya angka stunting di wilayah tersebut dan menekankan perlunya solusi konkret. Menurutnya, isu stunting atau tengkes masih menjadi tantangan serius, bahkan di kalangan keluarga dengan kondisi ekonomi yang lebih baik. Ishaq menilai bahwa faktor ekonomi saja tidak selalu berkaitan langsung dengan risiko stunting.
“Stunting masih menjadi perdebatan, tidak ada jaminan bahwa anak dari keluarga kaya terbebas dari risiko stunting, begitu pula sebaliknya dengan keluarga yang kurang mampu,” ungkap Ishaq pada Selasa (24/09/2024).
Menurut data, prevalensi stunting di Provinsi Kalimantan Timur telah menurun dari 23,9% pada tahun 2022 menjadi 22,9% pada tahun 2023. Namun, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang tercatat pada 21,5% di tahun yang sama. Di Kabupaten PPU sendiri, prevalensi stunting mengalami penurunan dari 27,3% pada 2021 menjadi 21,8% pada 2022, namun meningkat kembali menjadi 24,6% pada 2023.
Ishaq juga menyoroti ironi tingginya angka stunting di PPU, meskipun daerah ini merupakan salah satu penghasil ikan laut yang tinggi protein. “Konsumsi ikan tidak selalu menjamin anak-anak terbebas dari stunting. Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan,” ujar Ishaq.
Ia menegaskan bahwa berbagai faktor, termasuk pola makan, lingkungan, dan bahkan kondisi sosial-politik, bisa turut memengaruhi risiko stunting. Ishaq berharap pemerintah dapat segera merumuskan kebijakan yang efektif dan menyeluruh untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten PPU. (ADV)