Penajam – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Penajam Paser Utara (PPU) bekerja sama dengan Lembaga Adat Paser (LAP) akan menyelenggarakan Festival Nondoi pada 28 Oktober hingga 2 November 2024.
Bertempat di Rumah Adat Kuta Rekan Tatau Penajam, Kelurahan Nipah-Nipah, Kecamatan Penajam, festival ini bertujuan untuk melestarikan ritual budaya yang telah diwariskan oleh leluhur Suku Paser.
Menurut Christian Nur Selamat, Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar PPU, Festival Nondoi merupakan upacara adat yang berakar pada ritual bersih-bersih kampung.
“Ritual Nondoi telah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Paser dan diyakini mampu mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan bagi warga kampung,” jelas Christian, Rabu (16/10/2024).
Dalam kepercayaan lokal, ritual ini mengundang roh nenek moyang untuk turut menghadiri dan memberikan perlindungan serta kesejahteraan bagi masyarakat. Festival Nondoi juga melibatkan berbagai unsur budaya yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat setempat.
Agenda festival yang berlangsung selama enam hari ini akan dimulai dengan pemasangan gitang—gelang tradisional yang dikenakan oleh bulung (pemimpin adat) sebagai tanda dimulainya festival.
Selain itu, berbagai kegiatan menarik seperti permainan dan olahraga tradisional, lomba berpidato dalam Bahasa Paser, serta lomba mewarnai bertema kebudayaan akan diadakan, di mana anak-anak sekolah akan berpartisipasi.
Pada malam hari, acara berlanjut dengan penampilan kesenian tradisional yang menampilkan tarian dan musik Paser selama tiga hari, dari 28 hingga 31 Oktober 2024. Acara hiburan ini bertujuan untuk menonjolkan kekayaan budaya dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap warisan budaya lokal.
Ritual adat yang paling ditunggu-tunggu adalah Belian, sebuah upacara tradisional yang berlangsung mulai pukul 22.00 hingga 05.00 WITA. Festival ini akan ditutup dengan ritual Larung Zakit, sebuah pelepasan rakit sebagai simbol pembersihan spiritual yang dilakukan di sungai terdekat.
Tahun ini, Festival Nondoi telah masuk dalam daftar Kharisma Event Nasional yang diakui oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Ini berarti festival akan mendapatkan perhatian nasional dan internasional dalam rangka mempromosikan warisan budaya Paser.
“Dengan pengakuan ini, Kemenparekraf akan membantu mempromosikan Festival Nondoi ke luar negeri, sehingga festival ini bisa menjadi daya tarik wisata internasional,” ungkap Christian.
Selain fokus pada budaya, festival ini juga membawa dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Disbudpar akan bekerja sama dengan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan PPU untuk menghadirkan pasar kangen yang menyajikan kuliner khas tempo dulu, serta membuka peluang bagi pelaku UMKM lokal untuk menjajakan produk-produk unggulan mereka.
“Dengan adanya pasar kangen, kami berharap festival ini juga mampu menjadi motor penggerak ekonomi kreatif masyarakat sekitar. Ini merupakan langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui promosi budaya dan kuliner lokal,” pungkas Christian.
Festival Nondoi tidak hanya memperkaya khasanah budaya lokal, tetapi juga menjadi wadah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat PPU melalui sinergi antara tradisi dan usaha mikro yang berkembang di daerah tersebut.