PENAJAM – Tingginya angka rujukan pasien dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Aji Putri Botung (RAPB), Penajam Paser Utara (PPU), menuntut kesiapan tenaga medis, khususnya perawat, dalam menangani pasien dalam kondisi darurat selama perjalanan.
Kepala Bidang Keperawatan RSUD RAPB Syahrial Hidayat, S.Kep, menjelaskan, setiap rujukan menggunakan ambulans selalu didampingi perawat yang memiliki keahlian pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Keahlian ini diperlukan untuk memastikan perawat mampu menangani situasi kritis selama perjalanan.
“Perawat yang mendampingi rujukan harus memiliki sertifikasi BHD. Jadi jika terjadi situasi darurat seperti henti napas di tengah jalan, mereka sudah siap menangani,” kata Syahrial.
Ia menambahkan, jumlah perawat yang mendampingi pasien tergantung pada kondisi pasien. Jika pasien dalam kondisi stabil, satu perawat biasanya cukup. Namun, untuk kasus kritis seperti patah tulang leher atau kondisi yang berisiko henti napas, diperlukan dua perawat untuk memberikan pendampingan lebih intensif.
“Kasus tertentu, seperti fraktur lumbal atau leher, membutuhkan dua perawat. Ini karena risiko komplikasi seperti henti napas cukup tinggi, jadi mereka harus bekerja sama untuk menangani situasi darurat,” jelasnya.
Meski jumlah perawat yang mendampingi rujukan terbilang mencukupi, dia mengakui adanya tantangan terkait kekurangan tenaga. Perawat yang bertugas untuk rujukan sering kali diambil dari unit lain secara bergilir.
“Karena kekurangan tenaga, kami harus melakukan rolling. Misalnya, perawat dari IGD atau ruang rawat inap seperti Lily akan membantu rujukan jika mereka sedang libur atau selesai dinas,” jelasnya.
Meskipun begitu, Syahrial memastikan bahwa proses rujukan sejauh ini berjalan lancar tanpa kendala serius.
“Meskipun kekurangan tenaga, perawat yang mendampingi rujukan mampu menjalankan tugasnya dengan baik,” tutupnya.