PENAJAM – Perubahan fungsi lahan pertanian menjadi perumahan atau perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) semakin menjadi perhatian. Terutama terkait dampaknya terhadap kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan Benuo Taka.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) PPU, Mahyuddin, mengingatkan pemerintah daerah untuk lebih proaktif dalam mengantisipasi alih fungsi lahan yang terjadi. Terutama di desa-desa seperti Sidorejo dan Petung, yang kini semakin kehilangan area persawahan.
“Pemerintah seharusnya memperhatikan situasi ini, karena perubahan zaman dan tuntutan ekonomi semakin mengikis budaya pertanian di pedesaan,” ungkapnya belum lama ini kepada awak media.
Menurutnya, dengan kemudahan akses informasi, generasi muda cenderung memilih jalur yang berbeda. Daripada melanjutkan usaha pertanian keluarga, yang berpotensi menurunkan produksi pangan lokal.
“Kehilangan lahan pertanian berarti kehilangan sumber bahan pangan, yang akan berdampak luas pada masyarakat,” tambahnya.
Mahyuddin juga menekankan perlunya pengembangan sektor pertanian secara serius, terutama mengingat harapan menjadikan PPU sebagai lumbung pangan Ibu Kota Nusantara (IKN). Ia menegaskan pentingnya kebijakan yang mendukung petani, pekebun, dan nelayan, termasuk bantuan subsidi dan peralatan pertanian.
“Alhamdulillah, dalam beberapa tahun terakhir ada petani yang berhasil panen tiga kali setahun. Namun, mereka memerlukan dukungan lebih lanjut, terutama dalam hal irigasi dan akses terhadap pupuk yang terjangkau,” jelasnya.
Dengan hadirnya IKN, Mahyuddin mengkhawatirkan bahwa alih fungsi lahan akan semakin meningkat, terutama dengan wacana pembangunan Bandara VVIP yang diharapkan menjadi bandara komersial. Hal ini dapat menarik lebih banyak investor dan meningkatkan permintaan perumahan.
“Jika kebijakan tidak segera diambil, lahan pertanian bisa saja dibeli oleh pihak-pihak yang memiliki modal besar untuk dijadikan perumahan, dan ini menjadi tantangan besar bagi kita semua,” pungkasnya. (ADV)