NONDOI DAN BELIAN RESMI DITETAPKAN SEBAGAI AGENDA BUDAYA TAHUNAN DI PPU

Penajam – Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) resmi menetapkan Ritual Nondoi dan Belian, dua tradisi adat dari Suku Paser, sebagai bagian dari agenda budaya tahunan. Langkah ini diharapkan mampu melestarikan warisan budaya sekaligus menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut.

Humas Lembaga Adat Paser (LAP) PPU, Eko Supriyadi, mengapresiasi keputusan pemerintah daerah yang menunjukkan perhatian serius terhadap kebudayaan lokal.

“Kami berterima kasih kepada pemerintah yang telah mendukung kelangsungan penyelenggaraan ritual adat ini setiap tahun. Hal ini sangat penting bagi pelestarian adat dan budaya kami,” ujar Eko

Ritual Nondoi merupakan salah satu ritual penting Suku Paser yang bertujuan untuk membersihkan kampung dari pengaruh-pengaruh negatif. Selain itu, ritual ini juga merupakan bentuk rasa syukur kepada leluhur atas perlindungan dan berkah yang diberikan. Pelaksanaan Nondoi berlangsung selama tujuh hari tujuh malam, dipimpin oleh seorang dukun atau tetua adat yang memimpin prosesi, termasuk pembacaan mantra, penyembelihan hewan kurban, dan tarian adat.

Sementara itu, Ritual Belian lebih berfokus pada penyembuhan penyakit dan menjaga keselamatan masyarakat. Dalam prosesi ini, seorang dukun menggunakan berbagai media, seperti air, api, dan dupa, untuk mengusir roh jahat yang diyakini sebagai penyebab penyakit. Tarian adat serta pembacaan mantra turut melengkapi ritual yang berlangsung dengan khidmat.

“Kedua ritual ini sangat penting bagi masyarakat kami karena tidak hanya melambangkan keyakinan spiritual tetapi juga menjadi sarana menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan leluhur,” tambah Eko.

Dengan dijadikannya Ritual Nondoi dan Belian sebagai agenda tahunan, Pemerintah Kabupaten PPU berharap dapat meningkatkan potensi pariwisata di daerah tersebut. Kepala Dinas Pariwisata PPU Andi Israwati Latief, menyatakan bahwa upaya ini merupakan bagian dari strategi untuk mengenalkan kekayaan budaya lokal kepada wisatawan domestik dan mancanegara.

“Kami berharap ritual-ritual adat ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik pada budaya dan tradisi lokal. Selain itu, pelestarian budaya ini juga merupakan bentuk penghormatan kami terhadap warisan leluhur,” jelas Andi.

Dengan langkah ini, PPU tidak hanya menjaga kelangsungan tradisi Suku Paser tetapi juga mengintegrasikannya sebagai bagian dari upaya pengembangan sektor pariwisata yang berkelanjutan.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *