Memperkuat Ketahanan Budaya Lokal di PPU Melalui Kegiatan SLKL

Penajam,-Pesatnya pembangunan akibat kehadiran Ibukota baru Republik Indonesia atau IKN Nusantara mempunyai dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara.

Namun dilain pihak,derasnya pendatang di masa depan memunculkan kerisauan pada masyarakat adat yang selama ratusan tahun telah mendiami wilayah tersebut. Keberadaan ibukota baru tentunya akan berdampak besar terhadap eksistensi ruang hidup, lingkungan, dan kebudayaan masyarakat adat Paser Balik yang hidup di Kecamatan Sepaku sebagai wilayah inti IKN Nusantara.

Oleh karena itu dibutuhkan upaya penguatan budaya masyarakat adat agar tidak tergerus oleh perubahan sosial budaya yang niscaya akan terjadi di wilayah IKN Nusantara. Penguatan budaya ini yang sifatnya inklusif tentu juga bsebuah upaya membangun harmoni antar beragam latar belakang warga masyarakat di wilayah IKN Nusantara.

Untuk memperkuat ketahanan budaya masyarakat adat, maka Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi RI telah mengadakan Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) pada bulan Juli dan Agustus di Kecamatan Sepaku.

Program SLKL ini meliputi temukenali objek pemajuan kebudayaan, pendalaman dan penulisan oleh anak-anak muda yang disebut Pandu Budaya.

Setelah proses temu kenali objek pemajuan kebudayaan, maka para pandu budaya bersepakat untuk melaksanakan kegiatan budaya di dua titik, yaitu Kelurahan Pemaluan dan Kelurahan Sepaku, Kecamatan Sepaku.

Kegiatan budaya atau festival merupakan ruang untuk mengekspresikan beragam objek pemajuan kebudayaan masyarakat adat yang ada di dua kelurahan tesebut. Seluruh rangkaian kegiatan ini merujuk pada UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yaitu Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan.

Adapun materi objek pemajuan kebudayaan yang akan diangkat ialah pengetahuan tradisional seperti tanaman obat, kuliner tradisional sebagai bentuk ketahanan pangan dan pelestarianruang hidup karena sumbernya berasal dari hutan dan kebun. Kemudian ada pula ritual besoyong, kostum adat, seni tari ronggeng, seni musik gambus, seni bela diri seperti Kuntau serta bintang tamu yaitu tarian Hudoq dan Sape.

Tentunya beragam etnis yang ada di Kecamatan Sepaku akan terlibat dalam berbagai acara seperti karnaval. Selain ekspresi budaya, ada pula workshop tari ronggeng dan musik gambus sebagai upaya pelestarian di kalangan generasi muda di Kelurahan Sepaku.

Dengan adanya rangkaian kegiatan budaya ini maka diharapkan jati diri budaya masyarakat adat di wilayah inti IKN Nusantara tetap kuat dan bisa memberikan kontribusi dalammembangun peradaban ibukota negara yang baru.

(rmt/plt)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *