Penajam,- Kepala Bidang Kebudayaan dan Produk Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Penajam Paser Utara(PPU) Cristian Nur Selamat mengatakan, banyak hal yang membuat masyarakat Balik belakangan jarang melakukan ritual bersoyong. Pertama, pengaruh masuknya Islam, yang menganggap ritual-ritual adat ini bertentangan dengan syariat Islam, Selasa (19/12/2023).
Kedua, perlengkapan ritual yang sebagian besar bahan baku merupakan tumbuh-tumbuhan hutan makin sulit diperoleh.
“Tidak seperti zaman dulu, ketika kebun-kebun dan ladang mereka belum di-clearing perusahaan dan diubah jadi hutan monokultur. Dulu tumbuh-tumbuhan perlengkapan ritual mudah didapat dan tak jauh dari pemukiman penduduk,” katanya.
Ketiga, rasa minder yang terbentuk dari perjumpaan dengan budaya-budaya pendatang, baik para transmigran maupun orang-orang perusahaan yang membuat mereka malu melakukan ritual-ritual ini.
Pengetahuan lokal seperti ritual-ritual itu, katanya, harus dihidupkan kembali dan diajarkan kepada generasi muda Balik.
Memang tak mudah, kata Cristian, karena Masyarakat Adat Balik hidup di bawah tekanan budaya dominan yang menganggap ritual-ritual lama ini syirik.
“Harus dibangkitkan kembali pengetahuan-pengetahuan ritual lama yang sebenarnya merupakan kearifan lokal sebagai pola hidup berdampingan dengan alam. Ini ritual adiluhung yang harus dibanggakan.” ungkapnya.
“Kita bisa merasakan jelas perasaan frustasi, marah, namun juga takut dan tak berdaya. Karena sebagai minoritas kekuatan mereka sangat lemah, bahkan asing di tanah leluhur mereka sendiri,” pungkasnya.
(rmt/plt)